Gong Renteng Cirebon

Gong Renteng si Kangkung sedang berada di tengah kegiatan revitalisasi lagu-lagu kuno grup gong renteng Si Kangkung di Keraton Kacirebonan pada tanggal 6 Agustus 2014.

Grup gong renteng Si Kangkung berasal dari desa Suranenggala Kidul, kabupaten Cirebon

Gong renteng Cirebon (bahasa Indonesia: gamelan Renteng Cirebon) merupakan satu set alat musik yang terdiri atas bonang dan lainnya yang dipergunakan untuk kepentingan dakwah Islam di Cirebon, berapa nama gong renteng yang berasal dari wilayah Cirebon diantaranya adalah Ki Muntili, Mega Mendung, si Kangkung, si Banjir, Pangkur tamu, Bale bandung, si Dingklik, Buntel mayit dan Ki Gamel serta Ki buyut Bulak (yang disimpan di Indramayu). Alat musik serupa juga terdapat di kabupaten Sumedang dengan jumlah yang terbatas, salah satu tempat yang masih menyimpan gong renteng di kabupaten Sumedang tepatnya berada di desa Cisarua[1] selain itu di kabupaten Kuningan juga dapat ditemui gong renteng dengan nama pengunggah manah (bahasa Indonesia: penguat rasa)

Sejarah

Gong renteng Cirebon berkaitan erat dengan kisah Ki Gede Gamel yaitu Ki Windu Aji yang diminta kesediaannya oleh Mataram untuk merawat kuda-kuda milik Mataram, setelah selesai menjalankan tugasnya, Mataram memberikan upah dan seperangkat gamelan yang oleh Ki Windu Aji dibawa ke Cirebon,[2] di Cirebon gong renteng juga dikenal dengan nama gong Dawa (bahasa Indonesia: gamelan Dakwah) karena fungsinya untuk syiar agama Islam. Masyarakat adat Cirebon mempercayai kisah dibawanya gong Renteng (bahasa Indonesia: gamelan Renteng) ke Cirebon dari wilayah Mataram terjadi pada masa sunan Gunung Jati masih memerintah sebagai Sultan di kesultanan Cirebon[3]

Gong Renteng dan syiar Islam

Pada permulaannya, seperangkat gong Renteng (bahasa Indonesia: gamelan Renteng) yang dipersembahkan oleh Ki Windu Aji kepada Sunan Gunung Jati dipergunakan sebagai media dakwah pada saat penyebaran agama Islam

Gong Renteng dan adat Kesultanan

Gong renteng selain digunakan sebagai media dakwah Islam, pada perkembangannya menurut Ki Kartani digunakan pula sebagai media kesenian untuk menyambut tamu-tamu kehormatan yang datang ke kesultanan Cirebon

Gong Renteng dan kesenian Islami

Pada perkembangan selanjutnya, gong Renteng Cirebon tidak hanya dipentaskan sebagai kesenian yang mandiri baik untuk tujuan dakwah Islam maupun sebagai kesenian penyambutan tamu kehormatan di kesultanan Cirebon, namun telah menyatu menjadi pelengkap kesenian-kesenian yang bernafaskan Islam lainnya di masyarakat, seperti menjadi pengiring pada pagelaran Jaran Lumping Cirebon (bahasa Indonesia: kuda Lumping Cirebon), di Cirebon pagelaran Jaran Lumping tidak mementaskan atraksi seperti makan beling, makan rumput serta atraksi-atraksi lainnya yang biasa dibawakan pada pagelaran kuda Lumping dari wilayah diluar Cirebon semisal Jawa, pada pagelaran Jaran Lumping Cirebon yang dipentaskan hanyalah tarian saja, karena tujuan dari pagelaran Jaran Lumping Cirebon ini adalah syiar Islam, maka Jaran Lumping Cirebon dikenal juga dengan nama Jaran Berahi dari kosakata bahasa Cirebon berahi (bahasa Indonesia: asmara cinta) maksudnya adalah pagelaran Jaran Lumping ini bertujuan untuk menuntun masyarakat agar mencintai Allah swt dan rasulnya.[4]

Laras pelog

Berikut penyebutan nama titi nada laras pelog dalam bahasa Cirebon[5]

RMAK 5 / 1a 4 / ti 3 / na 3 -- / ni 2 / mi 1 / da 5+ / 1eu
Cirebon Panjang Sapuluh Sanga Bungur Miring Laras Blong
Indramayu Blong Sepuluh Sanga Bungur Miring Susul Barang
Bandung Singgul Galimber Panelu Bungur Loloran / Kenong Barang Sorog
Sumedang Panutup Pangulu Panelu Bungur Mamanis Tugu Sorogan
Tasikmalaya Kuwing Bem Loloran Bungur Panelu Laras Sorog
Goong Renteng Kencang Panglima Pangrawit Bungur Miring Panotog Sorog

Referensi

  1. ^ Nandang, Usep. 2013. Simbol-Sombol Kasenian Goong Renteng di Desa Cisarua Kacamatan Cisarua Kabupaten Sumedang Pikeun Bahan Pangajaran Maca Kelas XII: Ulikan Sémiotik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
  2. ^ "Uyung. 2015. Membunyikan Kembali Gong Renteng di Cirebon. [[Cirebon]]: Cirebon Trust". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-25. Diakses tanggal 2016-01-19. 
  3. ^ "2015. Gamelan Renteng Ki Muntili. [[Cirebon]]: Go To Cirebon". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-17. Diakses tanggal 2016-01-19. 
  4. ^ "Waryo. 2015. Gamelan Renteng. [[kota Cirebon|Cirebon]]: Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-26. Diakses tanggal 2016-01-19. 
  5. ^ Soepandi, Atik. 1998. Kamus istilah karawitan Sunda. Bandung: Pustaka Buana